Mudahnya Berbicara

“Nek loro iku yo ngombe obat. Yo pancen rasane gak enak, tapi yo gak usah di rasakno. ndang disengkut ae ndang mari ndang wes.” (Kalau sakit itu ya minum obat. Ya memang rasanya nggak enak, tapi ya nggak usah dirasakan. Dibikin cepat saja biar cepat selesai cepat tuntas)

Itu yang biasa neneknya QK bilang kalo QK lagi sakit. Sakit itu jangan dimanja, cepetan makan, biarpun rasanya nggak enak dimakan saja. Cepet diperiksakan, biar cepat sembuh. Begitu selalu katanya. Bukan hanya neneknya QK, tapi rata-rata semua orang pasti bilang begitu :mrgreen: Tapi sekarang yang sakit bukan QK tapi neneknya QK. Dan apa yang terjadi ketika beliau yang sakit?

“Awakku gak enak kabeh, kudu muntah..Aku tak turu ae.. ” (Badanku nggak enak semua, pengen muntah.. aku mau tidur saja..) dan bla…bla…bla… lainnya. Coba lihat perbedaannya, saat orang lain yang sakit dengan mudahnya nenek bilang begini dan begitu.. namun saat dirinya sendiri yang mengalami ternyata semua omongan yang pernah diucapkannya itu berbalik padanya.

Bicara itu memang mudah ya kawan. Saat orang lain yang mengalami kita bisa dengan mudahya memberikan komentar, nasehat, makian, pujian.. tapi coba bandingkan ketika diri kita sendiri yang mengalami. Bisa-bisa semua yang pernah kita ucapkan kembali diucapkan oleh orang lain kepada kita 😦

Coba perhatikan percakapan antara X dan Y di bawah ini….

X : “sungguh aku nggak bisa melupakannya, meskipun dia sudah menyakitiku.”

Y : “Tapi kamu nggak pantas diperlakukan seperti itu, dia sudah mengkhianati kamu”

X : “Nggak, aku tetap nggak bisa tinggalin dia”

Ya.. itu percakapan tentang X yang ditinggal selingkuh sama pacarnya. Tapi ternyata si X nggak bisa juga tinggalin pacarnya. Padahal Y sudah mengingatkannya, bahkan memprovokatori-nya agar meninggalkan pacarnya tapi si X tetap bersikeras nggak mau dan bingung dengan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Namun beberapa bulan kemudian terjadilah percakapan yang laen :

X : “Astaga Y, kenapa bisa seperti ini. Wajahmu sampai biru-biru begitu”

Y : (menangis terisak sambil memegang lebam di wajahnya.. ) “Aku nggak mau diajak pergi kemarin, akhirnya dia menamparku. tapi ini memang salahku”

X : (Mengernyitkan dahi tanda heran..) ” Salahmu? kenapa… tapi kan tak seharusnya dia melakukan itu. Dia cuma pacar kamu, bahkan suami kamu pun tak berhak untuk melakukan kekerasan sedemikian rupa kepadamu. Sudahlah tinggalkan saja orang seperti itu, toh selama ini dia juga rajin selingkuh.”

Y : (tetap terisak-isak..) “Aku nggak bisa X.. aku terlalu mencintainya”

Lihatlah.. ketika X yang mengalami pengkhianatan dengan mudahnya Y memberikan saran untuk meninggalkannya. Namun ketika dirinya menerima sebuah perlakuan yang sama dari pacarnya bahkan lebih parah dan si X menasehati untuk meninggalkan pacarnya, si Y pun sama dengan X tempo dulu. Menolak dengan alasan sangat mencintainya.

Ternyata bicara itu memang mudah kawan bila kita tidak mengalami hal itu sendiri. Memang yang di ucapkan benar, tapi apa benar kita juga mampu menjadi seperti apa yang kita ucapkan saat kita sendiri yang mengalaminya?

78 responses to this post.

  1. tapi kadang kita perlu sebuah nasihat, kita butuh dihibur dll. ya walaupun orang yang menasehati kita juga belum tentu bisa meng-implementasikannya pada dirinya. tapi kadang kita memang butuh. salam kenal.. 🙂

    Balas

    • iya memang benar,, tapi di sini yang Qk pengen sampaikan cma
      “cobalah.. gunakan hati kita perasaan kita… cobalah mengerti apa yang dirasakan oleh orang laen yang mengalami hal itu. Intinya, coba posisikan diri kita sebagai dia. Objek yang sedang mengalaminya”
      begitu…

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  2. cinta sih cinta tapi kalo sudah pakai kekerasan segala dan sudah berani ringan tangan, itu bukanlah cinta. bisa2 sang cowok kebiasaan ringan tangan mulu

    Balas

    • sepertiny dalam hal diatas yg salah bukan cuma cow nya tapi cew nya juga 😀
      kenapa juga mau di perlakukan seperti itu 😛 dan sayangnya hal seperti itu sekarang ini banyak terjadi :mrgreen:

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  3. mudahnya berbicara
    ya begitulah
    kebanyakan yg pandai berbicara saja 🙂

    Balas

    • mestinya cobalah untuk memposisikan diri kita seperti apa yang objek itu juga alami 😀
      karena meskipun permasalahannya sama tapi bisa aja solusinya beda” loh :mrgreen:

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  4. Posted by Arief Rachman on 5 April 2010 at 5:18 PM

    Pertamax…
    Sungguh dilematis kondisinya… Jadii inget nasehat temen “Cinta tidak harus membuat kita buta dan naif kan?!” Tapi tetep kudu hidup rek!!! Yak opo ning kika?!!! 😀

    Balas

  5. SETUJUUUUUUUUUU!!!!!!!!!
    dengan postingan kak QK kali iniii

    Balas

  6. keren postingannya Qk….

    emang gampang untuk berbicara.. … apalagi berhubungan dengan cinta…hikss hiksss

    Balas

    • waaahhh ini nggak cuma berhubungan dengan cinta aja mbak….
      tapi bagaimana kita mengerti dan memahami perasaan orang lain 😀

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  7. Halah… halah… halah…, tinggalin saja 😀

    Balas

    • qkqkqkkq kenapa mas cahya??
      iya bener tinggalin aja orang kek gitu. Tapi gimana ya… saya sudah terlanjur mencintainya :mrgreen:
      kekekekekke 😛 itu kan cuma perumpamaan saja maz cahya…

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  8. CINTA????????????????????????????????????????????????

    Balas

  9. Posted by andipeace on 6 April 2010 at 6:42 AM

    😀 benar adanya….terkadang saya merasa takut berkomentar kalo ga berdasarkan pengalaman saya dan diri saya sendiri 😀 takut koyok nenek sampean niku 😀 nopo male nek koment tulisan blog, malah bingung wedi ga nyambung komentku ambek postingane 😀

    salam adem ayem

    Balas

    • hahaha gpp andi sing penting komeng qkqkkqkq,,,, lha kan kita wes usaha he he he 😛
      QK ya sering komeng nggak jelas e…. pengennya sich bikin komeng yang keren… yang nyambung ma postingannya.. tapi apa daya… terkadang pikirannya QK nggak nyampe kesitu 😛 jadilah cuma absen melulu 😛

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

      • Posted by andipeace on 9 April 2010 at 8:47 PM

        mampir lagi mbak QK.. haus habis berkunjung kerumah sahabat-sahabat ngeblog 😀 siapa tau dirumah mbak QK ada air segar 😀

        salam adem ayem

        Balas

  10. Istilah seperti orang-orang dan pemuka Agama yang tidak menghidupi tetapi tahu teori…sulit menghidupi yang diucapkan..

    By the way, Ditampar kok biru2 mukanya?
    bukannya merah-merah..hehe

    Balas

    • aduh,, tuch kan,,, QK nggak ngerti nich maksudnya gimana itu maz 🙄 ?? :mrgreen:
      mohon dijelaskan 😀

      wew,,, iya ya…. walah… QK nggak pernah ditampar e…makanya jadi nggak bisa bedain luka bekas tonjokan sama tamparan :mrgreen:

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  11. betull… bicara memang sangat mudah tapi untuk melaksanakan.melakukan spt apa yang diucapkan itu ga gampang. bahkan mungkin perlu mikir 1 juta kali buat melakukannya 😀
    tapi.. minimal kan bisa saling mengingatkan 🙂

    semangaatt!!!

    Balas

  12. ya begitulah sungguh lidah tak bertulang syalalala….

    Balas

  13. tambah mantap aza kika 😛

    Balas

  14. ambil aja yg baik tanpa melihat siapa yg berbicara….
    mudah ato gampang ya..kayak gini..???

    Balas

    • tapi alangkah baiknya sebelum berbicara kita coba memposisikan diri kita sebagai orang yang berbicara dengan kita itu maz..

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  15. Posted by Bee'J on 6 April 2010 at 11:18 AM

    memang, berbicara lebih mudah dari pada mempraktekannya…

    Balas

    • hu um bang… kalo QK sich biasanya mencoba memposisikan diri QK pada tempat orang yang bicara ma QK….
      jadi waktu ngasih saran ata mau komentar biar nyambung
      😀

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  16. Ya, benar, bicara memang mudah kalau diri kita belum merasakannya. Rasakan dulu, baru tahu lu. Gitu kasarnya. :):)

    Balas

    • iya bener banged sob… tapi ya nggak semuanya harus seperti itu…
      ya coba lah memposisikan diri kita seperti apa yang dialami orang laen itu.
      Misalnya kita mau ngasih komen pada pemakai narkoba… nggak berarti kita harus sama” make” dulu kek dia kan???

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  17. 😀 ini karena kalo kita di posisi selaku pendengar, logika kita yang dominan berperan. Temen yang curhat lebih banyak bertutur dengan gumpalan perasaan nan menyesak qe3 nice post

    Balas

    • lha makanya itu… cobalah menggunakan perasaan kita…
      ya paling nggak coba lah tempatkan diri kita di posisi orang yang berbicara dengan kita itu…

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  18. Kaya iklan rokok aja no action talk only 😆

    Balas

  19. kenapa Tuhan menciptakan satu mulut, namun dua telinga dan dua mata? itu artinya supaya lebih banyak melihat dan mendengar dibanding berbicara.
    Upz! jangan2 aq asal ngomong juga nich… kaburr….

    Balas

  20. emang, kika… mudah sekali tuk berkomentar… namun susah sekali tuk coba menjadi seperti dai yang sedang mengalami… 😦

    Balas

    • iya mbak Rose 🙂 tapi yaa semua memang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi kek nya mbak….
      satu permasalahan bisa beribu solusi… 😀

      wah lama ini nggak QK bales” comment nya ehe..
      baru sempat ngeblog..

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  21. oleh karena itu sngat diperlukan banget tuh rasa empati kan Kik… ^^ tak hanya komentar or bicara, tapi berbicaralah dengan menimbang rasa dan memberi kemanfaatan bagi yang sedang mengalaminya… ^^

    Balas

  22. huft……. cinta emang udah buatku gilaaaaaaa………..
    tapi…berbecira juga g mudah-mudah amet ug,,,,, hari ini aq mau cerita ma ortuq kalo q da mslah ma skul… tapi aq g berani… g HIDUP nieh aq…( kunjungan balik.na….)

    Balas

    • wew maz fauza lagi kenapa emank? sekolahnya kenapa maz? 😦
      berani gag berani cepat ato lambat toh harus bicara juga… klo bisa lebih cepat sebaiknya gag di tunda”..
      jadi biar cepet tuntas… 😀 klo QK sich begitu biasanya 🙂 sekarang ato nanti kan tetep akan ketahuan juga 😉

      HIDUP!!! ^_^

      Balas


  23. Kasus si Nenek sama cowok brutal itu beda lho..
    Nenek sebenarnya mengungkapkan rasa sayang dan perhatian, tapi mungkin caranya nggak pas..
    So qk musti sabar menghadapi beliau..
    😉
    ..

    Balas

    • oh iya Ata itu mank contoh yang beda… tapi intinya masih sama.
      gimana pada saat kita bicara ke orang lain kita seolah” gampang memberikan jawabannya…
      tapi pada saat kita mengalaminya sendiri kita pun gag bisa mempraktekkan apa yang pernah kita bicarakan pada orang lain… 😀

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  24. terlalu mencintai… wahh gw belum pernah bisa seperti itu.
    kalau cinta musti seperti itu… mungkin perceraian n perselingkuhan tak perlu terjadi

    Balas

    • nggak ngomongin cinta nya koq maz… (eh mas ato mbak yak.. lupa e hehe…) ini cuma lagi mengungkapkan betapa mudahnya klo kita ngomong ma orang laen 😛

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  25. selamat pagi.

    bicara dan mengupdate status memang mudah dan beresiko besar kalo gak hati2 dan dipikir masak2.

    terima kasih dan mohon maaf 😮

    Balas

  26. si X dan Y sama aja kayak si nenek 😐

    Balas

  27. Rasa empati sangat diperlukan, agar kita memahami sepenuhnya orang lain sehingga bisa memberi nasehat yang terbaik (tentu terbaik semampu kita)..
    Ketika nasehat diucapkan, ibarat menunjuk 1 buat orang yg kita ajak bicara, 4 buat kita. Jadi kita harus bener2 inget apa yg kita omongin.
    Naah..ketika ternyata keadaan berbalik dan kita lupa apa yg pernah kita omongin, atau meski inget kita butuh kekkuatan nasihat tambahan, itulah guna teman dan sahabat, untuk mengingatkan, memberi nasehat dan menguatkan (just in my opinion) (^_^)

    Balas

  28. Posted by Abu Ghalib on 7 April 2010 at 5:11 PM

    lidah memang tak bertulang 😀

    Balas

  29. Alasannya krn posisinya berbeda antara org yg mengalaminya (merasakan secara lgsg) dgn org yg hny mendengarnya (tdk secara lgsg merasakan). Wlwpn kita sdh mencoba utk memahami diposisi yg sebaliknya, tp tetap saja gak akan merasakan hal yg sama seperti org yg merasakannya secara lgsg, krn pikiran kita gak memiliki “beban” yg sama dgn yg merasakannya lgsg, sehingga membuat kita lebih “ringan” dalam berbicara dan merasa bahwa kita memiliki solusi yg baik dlm menanggapi permasalahan tsb. 🙂

    Tapi ini menurut pemikiran saya sendiri ya.. berdasarkan pengalaman pribadi. Nice post QK! 😀

    Salam,

    RyZack

    Balas

    • haha 😆 iya ini juga bener… tapi paling nggak kan kita sudah berusaha memahami dan mencoba menyelami seandainya diri kita menjadi sepertinya… apa iya benar.. seperti itu yang akan kita lakukan… 🙂

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  30. Posted by farus on 7 April 2010 at 11:36 PM

    mending ada yang perhatian dari pada kagak…..?

    Balas

  31. ya memang begitulah manusia, mudah bicara tapi sulit juga melakukannya.. (termasuk saya) 😀

    Balas

  32. dalam komunikasi terkadang kita menjadi subjek dan kadang menjadi objek, namun bukan bearti tidak konsisten, dan memang lebih baik kita mengaplikasikan apa yang terucap, dan pandai2lah memposisikan diri kita,bukan pada perasaan, tapi pada sebuah kebenaran…
    wallohu’alam… ^^

    Balas

  33. Posted by alid abdul on 8 April 2010 at 2:32 PM

    btw lo uda jago jawa ya yas???
    tumben-tumbenan lo posting ginian hahaha…

    Balas

    • Posted by alid abdul on 8 April 2010 at 2:45 PM

      yaaaahhhh gw kira ini blognya diazzz… abis themenya sama… makanya kaget baca tulisannya… hehhe.. soriiiiii T_T

      Balas

  34. berempati terhadap orang lain memang harus, tp kalo kita disuruh memberi koment atau masukan kan harus lepas dari obyektif, jd biar solusinya tidak hanya solusi yang terbawa emosi.. Kalo solusi yang ditawarkan 100% karena empati namanya ntar cuman menghibur..

    Balas

    • memang… tapi kita juga harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi orang yang bicara ma kita kan maz… jangan sampai misalnya lagi bicara sama orang nggak mampu eh waktu kasih koment malah kita samain ma yang mampu… terus misalnya juga kita lgi ngomong ma janda.. eh kita samain ma orang yang belum pernah nikah…
      jadi semua jawaban tergantung situasi dan kondisinya kan???
      jadi ya tetep harus ada unsur subyektif yang dilihat dari orang itu…
      hehe maksa.net 😛

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  35. wah…. komenq ada di ujung nie… tapi semoga ajja mbak Qk tau, cz q mw bagi-bagi award nie… tak tunggu kunj8ungan balik.e eo mbak… dan monggo diambil awardnya….

    Balas

  36. yup..sesekali kita memang perlu memposisikan diri , seolah – olah merasakan apa yang orang lain rasakan…

    *namanya juga makhluk sosial,,,, ga boleh seenaknya saja*
    😀

    Balas

  37. makanya ngomong motivasi itu lebihmudah daripada nunjukin lewat tindakan.

    Balas

    • ahak…ahak… agak merasa tersindir dengan coment yang satu ini qkqkqkkq 😛
      tapi emang bener koq… 🙂 bicara itu memang mudah banged kan… yang susah itu memang membuktikan apa yang dibicarakan hehehe,,,

      HIDUP!!! ^_^

      Balas

  38. yahh…mungkin alasannya krn saat Qt lihat orang lain yg mengalaminya, Qt merasa kasihan dan ingin memberikan pertolongan,tapi waktu itu terjadi sama diri sendiri…. nah lho…Q bingung hihi
    Q pernha ngerasa kayak gitu juga, di posisi X dan Y, menjadi yang menasehati dan dinasehati

    Balas

Tinggalkan Balasan ke kikakirana Batalkan balasan